Sabtu, 19 Juli 2014

CATATAN 5 Juli 2014...



Apa sih “Goal” yang di kejar di Sekolah:
1.       Memperbaiki Akhlaq 
2.       Menjadi Khallifatulloh fil ardh yang Rahmatan lil ‘alamin
3.       Memiliki Jiwa kepemimpinan (Leadership)

4.       Menjadi Pengusaha


Empat hal itu menjadi landasan pokok untuk penerapan materi dan konsep belajar (Kurikulum) di Sekolah.

Mengapa Memperbaiki Akhlaq, karena asal muasal semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia jika di landasi dengan akhlaq yang baik maka pasti akan menjadikan tugas sejatinya manusia jadi terwujud yaitu sebagai Rahmat bagi sekalian Alam.

Rahmatan lil ‘alamin, ini akan menjadikan manusia sadar akan perannya yang hakiki. Maka pasti kelanjutannya manusia tersebut akan cinta lingkungan. Akan meminimalisir dampak yang merusak bagi lingkungan. Dan berupaya untuk seimbang dalam siklus kehidupan.

Mengapa Menjadi Khalifah, Karena manusia adalah mahluk Alloh paling sempurna dari sisi fisik maupun mental. Dengan di anugerahi akal maka menjadikan manusia sebagai mahluk terbaik yang di ciptakan Alloh. Bahkan manusia satu2nya makhluk yang dapat memberikan nama-nama bagi apapun yang ada di alam semesta ini. Ini adalah suatu anugerah yang sangat luar biasa. Maka dari itu sudah merupakan tugas manusia sebagai Pemimpin dalam ranah kehidupan ini.

Leadership, manusia mestinya menguatkan jiwa tersebut agar mampu bertahan dalam kondisi sesulit apapun. Karena sejatinya manusia adalah pemimpin. Minimal pemimpin bagi dirinya dan keluarganya. Jika landasan kepemimpinan ini akhlaqul karimah maka InsyaAlloh untuk membangun suatu peradaban yang baik akan sangat mungkin di wujudkan. Karena pemimpin yang baik akan membentuk masyarakat yang juga jauh lebih baik.

Kenapa bisnis (Entrepreneur), simplenya karena Rasululloh juga begitu. Jadi secara kaffah menjalankan sunnah. Mencontoh nabi karena memang Nabi di ciptakan sebagai Contoh dan Teladan yang baik. Tapi memang didalam catatan sejarah bahkan di Al Quran profesi yang dekat dengan perubahan dan membangun peradaban adalah Pengusaha dan Guru. Jadi sangat besar dampak yang bisa di lakukan oleh seorang Pengusaha yang jaya dengan akhlaqnya yang baik serta dengan jiwa kepimpinan yang dia miliki. Maka sangat memungkinkan untuk membangun suatu iklim yang baik dalam tatanan kehidupan di masyarakat. Point catatan, jika dia seorang pengusaha yang hebat pasti dia bisa menjadi seorang guru hebat, begitu juga sebaliknya jika dia seorang Guru yang hebat dia pasti bisa menjadi seorang pengusaha hebat.

Awal

Siapa sebetulnya yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut terbesit pertanyaan awal. Yaitu, sebetulnya kepada siapakah anak di titipkan oleh Sang Pencipta ? Jawabannya adalah orang tua. Dari jawab tersebut sejatinya kita semua tau bahwa tanggung jawab terhadap anak-anak akan dipertanggung jawabkan oleh orang tua kepada Tuhannya. Karena anak tersebut akan menjadi “Makmum” apa dan siapa adalah hasil petunjuk dan pembiasan yang di terapkan orang tua dirumah. Karena memang rumah adalah tempat pembentukan akhlaq pertama kali bagi seorang anak. Karena orang tua sebagai contoh dan teladan anak di rumah. Rumah adalah lingkungan pertama anak, dan memberikan pengaruh sangat besar. 

Para orang tua harus sadar betul akan hal ini sehingga orang tua dapat berperan untuk memunculkan potensi terbaik anak (baca : bakat).
Hal yang menjadi indikasi bakat adalah sbb : 
1. Enjoy (senang), hal tersebut harus menyenangkan untuk dilakukan.
2. Easy (mudah), bagi orang tersebut harus mudah. Karena bisa jadi untuk orang lain tidak    
          semudah dia mengerjakannya.
3. Excellent (bagus), hasilnya harus bagus dan maksimal, bukan asal-asalan.
4. Earn (menghasilkan), dari semua yang dilakukan tersebut harus lah memperoleh hasilnya.
    Dalam hal ini tinjauannya dapat dari sisi ekonomi.

Untuk melihat bakat tersebut harus lah diamati dari dua aspek. Yaitu, sisi fisiknya dan sisi sifatnya. Seorang anak yang nampaknya biasa – biasa saja. Sabar, cendrung berfikir ulang untuk mengambil keputusan, lebih banyak berfikir ketimbang aksi. Sifat ini mungkin di butuhkan untuk profesi tertentu. jadi selaku orang tua juga mesti jeli melihat hal – hal yang muncul dari anak.

Orang- orang yang suskses dalam kehidupan saat ini yang kita lihat dan temui. Adalah orang-orang yang menemukan bakatnya dan mengembangkannya hinga maksimal. Sedangkan orang yang tidak menemukan bakatnya hanya akan jadi manusia biasa-biasa saja “tidak melejit”.

Catatan dalam acara “Open Mind” yang di adakan di Sekolah Alam Auliya Kendal. 5 Juli 2014
Pemateri : Lendonovo (Penggagas Sekolah Alam)

Rabu, 02 Juli 2014

Istighfar..






 



Pagi itu adalah Ramadhan memasuki hari keempat. Seperti seharusnya maka sehabis sahur maka siap2 untuk jamaah subuh di masjid.
Pagi ini aku agak sedikit terlambat, adzan telah terdengar berkumandang sedang aku masih belum selesai dalam wuhdu. Karena sedikit lambat maka aku putuskan ke masjid untuk naik “pacar” (baca : Vespa tua)ku.
Ketika aku sudah bersiap akan berangkat ke masjid. Sosok seorang anak yang sering lewat di depan Mess kami mengusikku, hampir setiap subuh aku melihat anak ini dimasjid, usianya masih sekitar delapan tahun tapi mungkin aku kalah deh setiap aku jamaah subuh dia selalu ada. Sedang jika pas aku lagi kesiangan mungkin dia ada.. Astaghfirulloh. Subhanalloh hebat sekali anak ini.
Pagi ini dia nampak jalan kaki, maka aku nyalakan motorku dan aku tunggu dia persis melintas didepan Mess. “Ayo bareng kita kemasjid, udah mau komat lho”.  Hap, dengan tangkas dia naik keatas motor ku. Sambil menuju kemasjid beberapa pertanyaan aku lontarkan, “biasanya naik sepeda kan ?” ujar ku. “iya, kempes bannya”  jawab anak itu. Tak lama kami pun sampai anak itu turun dan meneruskan masuk masjid sedang aku masih memarkirkan motorku.
Kebiasan di Masjid dekat Mess kami ini, jika Ramadhan setiap selesai sholat jamaah subuh akan selalu ada kultum yang di sampaiakan oleh para Imam, Ustadz atau para Ulama. Baik dari kota tempat kami tinggal maupun dari luar daerah bahkan dari luar pulau.
Pagi ini sang pemateri dari Jawa barat. Beliau menceritakan tentang kisah Imam Ahmad yang sedang menjadi musafir.
Dikisahkan Imam Ahmad Hambali Rahimahumullah bepergian untuk suatu keperluan sampai kemalaman di sebuah kampung.karena tidak ingin merepotkan siapapun, maka beliau pun mampir di sebuah masjid untuk sholat dan berniat bermalam disana. Seusai sholat ia ingin merebahkan tubuh beliau tersebut guna melepaskan sedikit kepenatan malam itu,tiba-tiba sang penjaga masjid datang dan melarang beliau untuk tidur di dalam masjid.
Sang penjaga tidak mengetahui bahwa, yang dihadapainya adalah seorang ulama besar. Sementara Imam Ahmad juga tidak ingin memperkenalkan diri kepadanya. Beliau langsung keluar dan berpindah ke teras masjid dengan niat beristirahat di luar masjid itu. Namun sang penjaga tetap saja mengusir beliau secara kasar dan bahkan sampai menarik beliau ke jalanan.
Tepat saat Imam Ahmad sedang kebingungan di jalan itu, melintaslah seseorang yang ternyata berprofesi sebagai pembuat dan penjual roti. Akhirnya dia menawari dan mengajak beliau untuk menginap di tempatnya, juga tanpa tahu bahwa, tamunya ini adalah Imam Ahmad bin Hambal.
Ketika sampai di rumahnya, sang lelaki baik hati itupun segera mempersiapkan tempat bermalam untuk Imam Ahmad dan mempersilahkan beliau agar langsung istirahat. Sedangkan dia sendiri justru mulai bekerja dengan menyiapkan bahan-bahan pembuatan roti yang akan dijualnya esok hari.
Ternyata Imam Ahmad tidak langsung tidur, melainkan malah memperhatikan segala gerak gerik sang pembuat roti yang menjamu beliau. Dan ada satu hal yang paling menarik perhatian beliau dari lelaki ini. Yakni ucapan dzikir dan doa istighfar yang terus meluncur dari mulutnya tanpa putus sejak awal ia mulai mengerjakan adonan rotinya.
Imam Ahmad merasa penasaran lalu bertanya, “Sejak kapan Anda selalu beristighfar tanpa henti seperti ini?”
Ia menjawab, “Sejak lama sekali. Ini sudah menjadi kebiasaan rutin saya, hampir dalam segala kondisi.”
Sang Imam melanjutkan pertanyaan beliau, “Lalu apakah Anda bisa merasakan adanya hasil dan manfaat tertentu dari kebiasaan istighfar Anda ini?”
“Ya, tentu saja,” jawab sang tukang roti dengan cepat dan penuh keyakinan.
“Apa itu, kalau boleh tahu?,” tanya Imam Ahmad lagi.
Ia pun menjelaskan, “Sejak merutinkan bacaan doa istighfar ini, saya merasa tidak ada satu doapun yang saya panjatkan, melainkan selalu Allah kabulkan, kecuali satu doa saja yang masih belum terkabul sampai detik ini?”
Sang Imam semakin penasaran dan bertanya, “Apa gerangan doa yang satu itu?”
Si lelaki saleh ini pun melanjutkan jawabannya dan berkata, “Sudah cukup lama saya selalu berdoa memohon kepada Allah untuk bisa dipertemukan dengan seorang ulama besar yang sangat saya cintai dan agungkan. Beliau adalah Imam Ahmad bin Hambal!”
Mendengar jawaban dan penjelasan terakhir ini, Imam Ahmad terhenyak dan langsung bangkit serta bertakbir, “Allahu Akbar! Ketahuilah wahai Saudaraku bahwa, Allah telah mengabulkan doamu!
Sang pembuat roti kaget dan penasaran, “Apa kata bapak? Doaku telah dikabulkan? Bagaimana caranya? Dimana saya bisa menemui Sang Imam panutan saya itu?”
Selanjutnya Imam Ahmad menjawab dengan tenang, “Ya. Benar, Allah telah mengabulkan doamu. Ternyata semua yang aku alami hari ini, mulai dari kemalaman di kampung ini, diusir sang penjaga masjid, bertemu dengan Anda di jalanan, sampai menginap di rumah ini, rupanya itu semua hanya merupakan cara Allah untuk mengabulkan doa hamba-Nya yang saleh. Ya, orang yang sangat ingin kamu temui selama ini telah ada di rumahmu, dan bahkan di depanmu sekarang. Ketahuilah wahai lelaki saleh, aku adalah Ahmad bin Hambal…!”
Kejadian ini sesuai dengan Hadis :
“Man Lazima al-istighfar, ja`ala allahu min kulli hammin farjan, wa min kulli dhayyiqin makhrajan, wa razaqahu min haitsu la yahtasib.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah pada bahasan Adab di bab: istigfar, dan oleh Abu Daud di Sunannya pada kitab As-shalat bab: istigfar
Bila diterjemahkan menjadi, “Siapa yang membiasakan beristigfar, Allah akan mudahkan segala kesulitannya, Allah akan beri jalan keluar persoalannya yang begitu sulit dicapainya dan Allah akan beri rezeki untuknya melalui sarana yang tidak pernah ia sangka-sangka.”
Kemudian sang ustad menceritakan tentang Khalifah Abu Ja’far Al Manshur. Belaiu dalah seorang khalifah yang di kenal cerdas. Hanya dengan mendengar satu kali maka langsung hafal, sedangkan assistant beliau mendengar dua kali langsung hafal dan kemudian budak sang khalifah pun jika mendengar sesuatu cukup tiga kali langsung hafal.
Kemudian sang ustadz meminta kita mengulang hadist tersebut. Maka kita jamaah pun mengulang, kemudian sang ustad bertanya ada yang sudah hafal. “Klo ada yang langsung hafal, maka anda adalah calon kahlifah”.
Kemudian sang ustadz meminta kita beristighfar 100 x. Maka kita serentak beristighfar, selang beberapa waktu. “sekarang coba kita hitung, untuk 100x istghfar merapa waktu yang kita perlukan ?” Tanya sang Ustadz. Ternyata rata-rata waktu yang kita perlukan 2 – 2,5 menit, terhenyak aku mengetahui hal itu.. Astagfirulloh… rasanya betapa sombongnya saya ini. Hanya 2.5 menit untuk 100x tapi kapan aku ini menyempatkan waktu untuk beristighfar, paling sering istighfar adalah waktu selesai sholat. Tapi sesuai dengan penjelasan ustadz bahwa sejatinya Istighfar yang dilakukan sehabis sholat adalah permohonan ampunan akan sholat kita yang kita lakukan sebelumnya. Sesungguhnya masih banyak sekali cacat dalam sholat kita. Nah trus untuk aktivitas yang lain kapan dong istighfarnya ??? Astaghfirulloh.
Ternyata istighfar bukan hanya dalam ucapan tapi harus diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Yaitu, intrispeksi diri, muhasabah dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan salah itu. Dan dengan istighfar juga akan menajamkan hati kita, membuat hati lebih peka dengan kebenaran dan lebih terbuka untuk menerima hidayah.
Mulai saat ini aku harus berjanji untuk lebih banyak beristighfar, Agar hati ini lebih peka dan tajam.
Astaghfirullah hal adzim!..

Ehh lupa, tau gak kalian dengan anak yang tadi berangkat dengan ku kemasjid. Luar biasa dari awal hingga akhir dia tidak pernah bergeser dari tempat duduknya. Dia ada di Shaf paling depan lho, hmmm anak seumur itu sudah menyimak materi seperti ini di usia yang masih 8 tahun. Luar biasa nanti seusia ku Ilmunya pasti sungguh hebat. Btw jadi iri ama anak ini. He he he..



Rabu, 14 Mei 2014

Hati Jenuh ?? Piye Jal !





Kita selaku manusia adalah makhluk social dan juga selaku makhluk yang berkubutuhan, kita tidak bisa lepas dari kegiatan setiap harinya, bahkan hampir-hampir semua waktu kita habisa kan dengan beraneka ragam kegiatan.



Sebut saja satu orang kegiatannya mulai dari bangun tidur hingga ia tidur kambali kegiatan tersebuat kebanyakan di lakukan berulang – ulang dalam rentang waktu yang cukup lama. Hal ini beresiko menimbulkan penyakit hati (Jenuh).



Coba kita ambil salah satu dari aktivitas manusia yang paling sering dia lakukan dan dalam rentang waktu yang lama akan di ulang – ulang terus, yaitu bekerja. Dalam hal ini, bekerja yang kita perlukan semangat. Dan semangat ini akan lebih besar dan menggebu-gebu jika jika kita bekerja dengan suansana hati yang senang dan tenang.



Kebanyakan orang jika ditanya mengenai hal – hal yang mempengaruhi semangat bekerja jawabannya kebanyakan adalah, lingkungan kerja yang kurang nyaman ataw terlalu kaku sehingga kita kurang berkomunikasi dengan teman-teman di kantor, kemudian soal gaji yang kurang sesuai, alasan keluarga yang sering terbawa ke dalam suasana dan lingkungan kerja, masalah dengan atasan atau pimpinan yang galak dan judes.



Namun ada hal yang sebetulnya cukup prinsip yang mestinya menjadi perhatian para si calon pekerja. Hal ini adalah alasan kita bekerja atau passion-nya kita bekerja itu apa ? minat dan bakat yang kita miliki juga sangat mempengaruhi. Bekerja ti dak hanya sekedar ikut-ikutan atau sekedar punya penghasilan. Hal ini akan mempengaruhi seberapa kuat kita bertahan menghadapi masalah dan tantangan yang berkaitan dengan pekerjaan tersbut. Juga berpengaruh dengan seberapa besar kita mau mengembangkan diri di bidang tersebut. Jika kita bekerja dibidang yang kurang kita minati maka rasanya akan setengah hati kita bekerja. “ Ah yang penting gajian“
sudah bisa dipastikan maka produktivitas pasti menurun dan akan berpengaruh pada cara bersosialisasi dengan lingkungan kerja. Hal ini akan sangat memepengaruhi emosi kita. Baik saat sendiri maupun saat bersama dengan orang lain.



Membahas soal emosi maka sangat kait eratannya dengan kecerdasan emosi itu sendiri dimana merupakan kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadap frustasi, mengendalikan dorongan hati (kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan lain-lain) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres.



Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial. Ketrampilan yang berkaitan dengan kecerdasan emosi antara lain misalnya kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim, membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi inspirasi dan sebagainya.
Nah, agar kecerdasan emosional Kita terjaga dengan baik, berikut 7 ketrampilan yang harus Kita perhatikan dan tak ada salahnya Kita coba:

* Mengenali emosi diri
Ketrampilan ini meliputi kemampuan Kita untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya Kita rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, Kita harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian.

* Melepaskan emosi negatif
Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan Kita untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat Anda mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan Kita dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama Kita dikendalikan oleh emosi negatif Kita justru Kita tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri Kita. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga Kita maupun orang-orang di sekitar Kita tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.

* Mengelola emosi diri sendiri
Kita jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu Kita mencapai kesuksesan.

Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu: pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada Kita.

Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.

* Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional--menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati--adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.




* Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.

* Mengelola emosi orang lain
Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia.

Ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain.

* Memotivasi orang lain
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan andal.

Jadi, sesungguhnya ketujuh ketrampilan ini merupakan langkah-langkah yang berurutan. Kita tidak dapat memotivasi diri sendiri kalau Kita tidak dapat mengenali dan mengelola emosi diri sendiri. Setelah Kita memiliki kemampuan dalam memotivasi diri, barulah kita dapat memotivasi orang lain.




Tombo Ati.



Dalam hal ini Tombo Ati yang kita kenal dan sering dengar ada Lima hal. Memang kesemua hal tersebut mengandung makna untuk membangun semangat dan memompa hati kita. Masing-masing point dari lima hal dalam Tombo Ati ini mengandung arti tersendiri dalam porsinya masing-masing dari sudut pandang yang berbeda-beda dalam memompa Hati kita.



Berikut ini akan kita ambil dari satu sisi yakni “Berkumpulah dengan Orang-orang Sholeh”.  Kemudian siapakah Orang Sholeh tersebut ?



Dari beberapa rujukan di internet dan diskusi , dapat disimpulkan bahwa kata Sholeh / Sholehah secara etimologis adalah sholeh itu artinya bagus/baik. Tentu, sesuatu itu dikatakan 'baik/bagus' karena memenuhi kriteria tertentu. "Kedalaman dan pengamalan Ilmu" yang akan mengantarkan seseorang itu kepada predikat sholeh/h. Orang yang hanya rajin sholat, rajin puasa, dan lainnya, tapi ia tidak paham dengan apa yang ia lakukan, maka ia tidak dikatakan sholeh.



Hal ini berarti bahwa orang sholeh adalah Orang yang memiliki ilmu dan mengaplikasikan dengan baik dan benar dengan kaedah dan aturan Islam, juga ada manfaat dari ilmu (profesionalisme) di bidangnya yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Serta orang tersebut adalah orang yang memiliki kedekatan dengan Alloh SWT (baik Ibadahnya).



Dalam konteks tombo ati ini, orang – orang semacam ini lah yang perlu kita “kumpuli”. Kita juga bisa mendatangkan mereka sebagai nara sumber dalam kegiatan kita, ataw memberikan kita tips trik serta cara pandang baru dari bidang kelilmuan yang  sama – sama di tekuni. Misalkan dalam hal ini adalah pendidik (guru), maka alangkah baiknya sosok guru ini ketika semangatnya sedang mengendur untuk berkumpul dengan orang-orang “sholeh”. Sehingga kita selaku pendidik yang masih sedikit ilmu dan pengalamannya dapat belajar dari beliau dan juga mendapat suntikan semangat yang baru.



Terimakasih.



By : Anto Ardiansyah.