Rabu, 14 Mei 2014

Hati Jenuh ?? Piye Jal !





Kita selaku manusia adalah makhluk social dan juga selaku makhluk yang berkubutuhan, kita tidak bisa lepas dari kegiatan setiap harinya, bahkan hampir-hampir semua waktu kita habisa kan dengan beraneka ragam kegiatan.



Sebut saja satu orang kegiatannya mulai dari bangun tidur hingga ia tidur kambali kegiatan tersebuat kebanyakan di lakukan berulang – ulang dalam rentang waktu yang cukup lama. Hal ini beresiko menimbulkan penyakit hati (Jenuh).



Coba kita ambil salah satu dari aktivitas manusia yang paling sering dia lakukan dan dalam rentang waktu yang lama akan di ulang – ulang terus, yaitu bekerja. Dalam hal ini, bekerja yang kita perlukan semangat. Dan semangat ini akan lebih besar dan menggebu-gebu jika jika kita bekerja dengan suansana hati yang senang dan tenang.



Kebanyakan orang jika ditanya mengenai hal – hal yang mempengaruhi semangat bekerja jawabannya kebanyakan adalah, lingkungan kerja yang kurang nyaman ataw terlalu kaku sehingga kita kurang berkomunikasi dengan teman-teman di kantor, kemudian soal gaji yang kurang sesuai, alasan keluarga yang sering terbawa ke dalam suasana dan lingkungan kerja, masalah dengan atasan atau pimpinan yang galak dan judes.



Namun ada hal yang sebetulnya cukup prinsip yang mestinya menjadi perhatian para si calon pekerja. Hal ini adalah alasan kita bekerja atau passion-nya kita bekerja itu apa ? minat dan bakat yang kita miliki juga sangat mempengaruhi. Bekerja ti dak hanya sekedar ikut-ikutan atau sekedar punya penghasilan. Hal ini akan mempengaruhi seberapa kuat kita bertahan menghadapi masalah dan tantangan yang berkaitan dengan pekerjaan tersbut. Juga berpengaruh dengan seberapa besar kita mau mengembangkan diri di bidang tersebut. Jika kita bekerja dibidang yang kurang kita minati maka rasanya akan setengah hati kita bekerja. “ Ah yang penting gajian“
sudah bisa dipastikan maka produktivitas pasti menurun dan akan berpengaruh pada cara bersosialisasi dengan lingkungan kerja. Hal ini akan sangat memepengaruhi emosi kita. Baik saat sendiri maupun saat bersama dengan orang lain.



Membahas soal emosi maka sangat kait eratannya dengan kecerdasan emosi itu sendiri dimana merupakan kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadap frustasi, mengendalikan dorongan hati (kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan lain-lain) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres.



Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial. Ketrampilan yang berkaitan dengan kecerdasan emosi antara lain misalnya kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim, membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi inspirasi dan sebagainya.
Nah, agar kecerdasan emosional Kita terjaga dengan baik, berikut 7 ketrampilan yang harus Kita perhatikan dan tak ada salahnya Kita coba:

* Mengenali emosi diri
Ketrampilan ini meliputi kemampuan Kita untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya Kita rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, Kita harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian.

* Melepaskan emosi negatif
Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan Kita untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat Anda mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan Kita dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama Kita dikendalikan oleh emosi negatif Kita justru Kita tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri Kita. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga Kita maupun orang-orang di sekitar Kita tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.

* Mengelola emosi diri sendiri
Kita jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu Kita mencapai kesuksesan.

Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu: pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada Kita.

Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.

* Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional--menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati--adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.




* Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.

* Mengelola emosi orang lain
Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia.

Ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain.

* Memotivasi orang lain
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan andal.

Jadi, sesungguhnya ketujuh ketrampilan ini merupakan langkah-langkah yang berurutan. Kita tidak dapat memotivasi diri sendiri kalau Kita tidak dapat mengenali dan mengelola emosi diri sendiri. Setelah Kita memiliki kemampuan dalam memotivasi diri, barulah kita dapat memotivasi orang lain.




Tombo Ati.



Dalam hal ini Tombo Ati yang kita kenal dan sering dengar ada Lima hal. Memang kesemua hal tersebut mengandung makna untuk membangun semangat dan memompa hati kita. Masing-masing point dari lima hal dalam Tombo Ati ini mengandung arti tersendiri dalam porsinya masing-masing dari sudut pandang yang berbeda-beda dalam memompa Hati kita.



Berikut ini akan kita ambil dari satu sisi yakni “Berkumpulah dengan Orang-orang Sholeh”.  Kemudian siapakah Orang Sholeh tersebut ?



Dari beberapa rujukan di internet dan diskusi , dapat disimpulkan bahwa kata Sholeh / Sholehah secara etimologis adalah sholeh itu artinya bagus/baik. Tentu, sesuatu itu dikatakan 'baik/bagus' karena memenuhi kriteria tertentu. "Kedalaman dan pengamalan Ilmu" yang akan mengantarkan seseorang itu kepada predikat sholeh/h. Orang yang hanya rajin sholat, rajin puasa, dan lainnya, tapi ia tidak paham dengan apa yang ia lakukan, maka ia tidak dikatakan sholeh.



Hal ini berarti bahwa orang sholeh adalah Orang yang memiliki ilmu dan mengaplikasikan dengan baik dan benar dengan kaedah dan aturan Islam, juga ada manfaat dari ilmu (profesionalisme) di bidangnya yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Serta orang tersebut adalah orang yang memiliki kedekatan dengan Alloh SWT (baik Ibadahnya).



Dalam konteks tombo ati ini, orang – orang semacam ini lah yang perlu kita “kumpuli”. Kita juga bisa mendatangkan mereka sebagai nara sumber dalam kegiatan kita, ataw memberikan kita tips trik serta cara pandang baru dari bidang kelilmuan yang  sama – sama di tekuni. Misalkan dalam hal ini adalah pendidik (guru), maka alangkah baiknya sosok guru ini ketika semangatnya sedang mengendur untuk berkumpul dengan orang-orang “sholeh”. Sehingga kita selaku pendidik yang masih sedikit ilmu dan pengalamannya dapat belajar dari beliau dan juga mendapat suntikan semangat yang baru.



Terimakasih.



By : Anto Ardiansyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar