Rabu, 02 Juli 2014

Istighfar..






 



Pagi itu adalah Ramadhan memasuki hari keempat. Seperti seharusnya maka sehabis sahur maka siap2 untuk jamaah subuh di masjid.
Pagi ini aku agak sedikit terlambat, adzan telah terdengar berkumandang sedang aku masih belum selesai dalam wuhdu. Karena sedikit lambat maka aku putuskan ke masjid untuk naik “pacar” (baca : Vespa tua)ku.
Ketika aku sudah bersiap akan berangkat ke masjid. Sosok seorang anak yang sering lewat di depan Mess kami mengusikku, hampir setiap subuh aku melihat anak ini dimasjid, usianya masih sekitar delapan tahun tapi mungkin aku kalah deh setiap aku jamaah subuh dia selalu ada. Sedang jika pas aku lagi kesiangan mungkin dia ada.. Astaghfirulloh. Subhanalloh hebat sekali anak ini.
Pagi ini dia nampak jalan kaki, maka aku nyalakan motorku dan aku tunggu dia persis melintas didepan Mess. “Ayo bareng kita kemasjid, udah mau komat lho”.  Hap, dengan tangkas dia naik keatas motor ku. Sambil menuju kemasjid beberapa pertanyaan aku lontarkan, “biasanya naik sepeda kan ?” ujar ku. “iya, kempes bannya”  jawab anak itu. Tak lama kami pun sampai anak itu turun dan meneruskan masuk masjid sedang aku masih memarkirkan motorku.
Kebiasan di Masjid dekat Mess kami ini, jika Ramadhan setiap selesai sholat jamaah subuh akan selalu ada kultum yang di sampaiakan oleh para Imam, Ustadz atau para Ulama. Baik dari kota tempat kami tinggal maupun dari luar daerah bahkan dari luar pulau.
Pagi ini sang pemateri dari Jawa barat. Beliau menceritakan tentang kisah Imam Ahmad yang sedang menjadi musafir.
Dikisahkan Imam Ahmad Hambali Rahimahumullah bepergian untuk suatu keperluan sampai kemalaman di sebuah kampung.karena tidak ingin merepotkan siapapun, maka beliau pun mampir di sebuah masjid untuk sholat dan berniat bermalam disana. Seusai sholat ia ingin merebahkan tubuh beliau tersebut guna melepaskan sedikit kepenatan malam itu,tiba-tiba sang penjaga masjid datang dan melarang beliau untuk tidur di dalam masjid.
Sang penjaga tidak mengetahui bahwa, yang dihadapainya adalah seorang ulama besar. Sementara Imam Ahmad juga tidak ingin memperkenalkan diri kepadanya. Beliau langsung keluar dan berpindah ke teras masjid dengan niat beristirahat di luar masjid itu. Namun sang penjaga tetap saja mengusir beliau secara kasar dan bahkan sampai menarik beliau ke jalanan.
Tepat saat Imam Ahmad sedang kebingungan di jalan itu, melintaslah seseorang yang ternyata berprofesi sebagai pembuat dan penjual roti. Akhirnya dia menawari dan mengajak beliau untuk menginap di tempatnya, juga tanpa tahu bahwa, tamunya ini adalah Imam Ahmad bin Hambal.
Ketika sampai di rumahnya, sang lelaki baik hati itupun segera mempersiapkan tempat bermalam untuk Imam Ahmad dan mempersilahkan beliau agar langsung istirahat. Sedangkan dia sendiri justru mulai bekerja dengan menyiapkan bahan-bahan pembuatan roti yang akan dijualnya esok hari.
Ternyata Imam Ahmad tidak langsung tidur, melainkan malah memperhatikan segala gerak gerik sang pembuat roti yang menjamu beliau. Dan ada satu hal yang paling menarik perhatian beliau dari lelaki ini. Yakni ucapan dzikir dan doa istighfar yang terus meluncur dari mulutnya tanpa putus sejak awal ia mulai mengerjakan adonan rotinya.
Imam Ahmad merasa penasaran lalu bertanya, “Sejak kapan Anda selalu beristighfar tanpa henti seperti ini?”
Ia menjawab, “Sejak lama sekali. Ini sudah menjadi kebiasaan rutin saya, hampir dalam segala kondisi.”
Sang Imam melanjutkan pertanyaan beliau, “Lalu apakah Anda bisa merasakan adanya hasil dan manfaat tertentu dari kebiasaan istighfar Anda ini?”
“Ya, tentu saja,” jawab sang tukang roti dengan cepat dan penuh keyakinan.
“Apa itu, kalau boleh tahu?,” tanya Imam Ahmad lagi.
Ia pun menjelaskan, “Sejak merutinkan bacaan doa istighfar ini, saya merasa tidak ada satu doapun yang saya panjatkan, melainkan selalu Allah kabulkan, kecuali satu doa saja yang masih belum terkabul sampai detik ini?”
Sang Imam semakin penasaran dan bertanya, “Apa gerangan doa yang satu itu?”
Si lelaki saleh ini pun melanjutkan jawabannya dan berkata, “Sudah cukup lama saya selalu berdoa memohon kepada Allah untuk bisa dipertemukan dengan seorang ulama besar yang sangat saya cintai dan agungkan. Beliau adalah Imam Ahmad bin Hambal!”
Mendengar jawaban dan penjelasan terakhir ini, Imam Ahmad terhenyak dan langsung bangkit serta bertakbir, “Allahu Akbar! Ketahuilah wahai Saudaraku bahwa, Allah telah mengabulkan doamu!
Sang pembuat roti kaget dan penasaran, “Apa kata bapak? Doaku telah dikabulkan? Bagaimana caranya? Dimana saya bisa menemui Sang Imam panutan saya itu?”
Selanjutnya Imam Ahmad menjawab dengan tenang, “Ya. Benar, Allah telah mengabulkan doamu. Ternyata semua yang aku alami hari ini, mulai dari kemalaman di kampung ini, diusir sang penjaga masjid, bertemu dengan Anda di jalanan, sampai menginap di rumah ini, rupanya itu semua hanya merupakan cara Allah untuk mengabulkan doa hamba-Nya yang saleh. Ya, orang yang sangat ingin kamu temui selama ini telah ada di rumahmu, dan bahkan di depanmu sekarang. Ketahuilah wahai lelaki saleh, aku adalah Ahmad bin Hambal…!”
Kejadian ini sesuai dengan Hadis :
“Man Lazima al-istighfar, ja`ala allahu min kulli hammin farjan, wa min kulli dhayyiqin makhrajan, wa razaqahu min haitsu la yahtasib.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah pada bahasan Adab di bab: istigfar, dan oleh Abu Daud di Sunannya pada kitab As-shalat bab: istigfar
Bila diterjemahkan menjadi, “Siapa yang membiasakan beristigfar, Allah akan mudahkan segala kesulitannya, Allah akan beri jalan keluar persoalannya yang begitu sulit dicapainya dan Allah akan beri rezeki untuknya melalui sarana yang tidak pernah ia sangka-sangka.”
Kemudian sang ustad menceritakan tentang Khalifah Abu Ja’far Al Manshur. Belaiu dalah seorang khalifah yang di kenal cerdas. Hanya dengan mendengar satu kali maka langsung hafal, sedangkan assistant beliau mendengar dua kali langsung hafal dan kemudian budak sang khalifah pun jika mendengar sesuatu cukup tiga kali langsung hafal.
Kemudian sang ustadz meminta kita mengulang hadist tersebut. Maka kita jamaah pun mengulang, kemudian sang ustad bertanya ada yang sudah hafal. “Klo ada yang langsung hafal, maka anda adalah calon kahlifah”.
Kemudian sang ustadz meminta kita beristighfar 100 x. Maka kita serentak beristighfar, selang beberapa waktu. “sekarang coba kita hitung, untuk 100x istghfar merapa waktu yang kita perlukan ?” Tanya sang Ustadz. Ternyata rata-rata waktu yang kita perlukan 2 – 2,5 menit, terhenyak aku mengetahui hal itu.. Astagfirulloh… rasanya betapa sombongnya saya ini. Hanya 2.5 menit untuk 100x tapi kapan aku ini menyempatkan waktu untuk beristighfar, paling sering istighfar adalah waktu selesai sholat. Tapi sesuai dengan penjelasan ustadz bahwa sejatinya Istighfar yang dilakukan sehabis sholat adalah permohonan ampunan akan sholat kita yang kita lakukan sebelumnya. Sesungguhnya masih banyak sekali cacat dalam sholat kita. Nah trus untuk aktivitas yang lain kapan dong istighfarnya ??? Astaghfirulloh.
Ternyata istighfar bukan hanya dalam ucapan tapi harus diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Yaitu, intrispeksi diri, muhasabah dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan salah itu. Dan dengan istighfar juga akan menajamkan hati kita, membuat hati lebih peka dengan kebenaran dan lebih terbuka untuk menerima hidayah.
Mulai saat ini aku harus berjanji untuk lebih banyak beristighfar, Agar hati ini lebih peka dan tajam.
Astaghfirullah hal adzim!..

Ehh lupa, tau gak kalian dengan anak yang tadi berangkat dengan ku kemasjid. Luar biasa dari awal hingga akhir dia tidak pernah bergeser dari tempat duduknya. Dia ada di Shaf paling depan lho, hmmm anak seumur itu sudah menyimak materi seperti ini di usia yang masih 8 tahun. Luar biasa nanti seusia ku Ilmunya pasti sungguh hebat. Btw jadi iri ama anak ini. He he he..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar