Panas matahari terasa cukup terik mengiringi kepulangan ku
bersama teman-teman dari Sekolah. Kami sahabat karib dimasa, Aku (Adit),
Bambang, Iwan dan Arzan. Keceriaan selalu ada dalam wajah kami. Biarpun siang
terasa terik sekali tapi kami pulang dengan hati yang penuh semangat tidak
sabar untuk segera sampai dirumah.
Sesampainya dirumah segera ku ganti pakaian sekolahku, kurapihkan dengan baik pakaian tersebut. Untuk anak seusia ku bisa dikatakan aku sudah cukup mandiri saat itu. Di usia 9 tahun aku sudah disiplin pakaian sekolahnya digantung di belakang pintu kemudian mengganti dengan pakaian dari lemari pakaian sederhananya yang terbuat dari rak sepatu kayu diberi tirai kain blacu. Setelah selesai makan siang aku segera mempersiapkan alat pancing, kami empat sahabat karib sudah merencanakan untuk pergi memancing sepulang sekolah.
Sesampainya dirumah segera ku ganti pakaian sekolahku, kurapihkan dengan baik pakaian tersebut. Untuk anak seusia ku bisa dikatakan aku sudah cukup mandiri saat itu. Di usia 9 tahun aku sudah disiplin pakaian sekolahnya digantung di belakang pintu kemudian mengganti dengan pakaian dari lemari pakaian sederhananya yang terbuat dari rak sepatu kayu diberi tirai kain blacu. Setelah selesai makan siang aku segera mempersiapkan alat pancing, kami empat sahabat karib sudah merencanakan untuk pergi memancing sepulang sekolah.
“Adit mau kemana?” tanya Ibu. “Mau mancing Bu, bolehkan?”
jawabku. “Iya boleh, pulangnya jangan terlalu sore ya”.
Tak lama kemudian alat pancing ku telah siap. Sebilah Bambu
yang telah diserut dengan Pisau dapur lengkap dengan Kail dan benangnya. Ini
karya Adit sendiri lho.
“Ibu!!! Adit pergi dulu ya” teriak Adit dari belakang rumah. “Iya!” Jawab Ibu dari dalam rumah. Dengan berjalan kaki aku menuju rumah Bambang tempat kami janjian.
“Dit, kamu bawa umpan gak?” tanya Bambang. “enggak.. he he he” jawabku dengan tersenyum. “Kita tunggu Iwan dulu deh ya?, trus kita cari umpan sama-sama” ujar Bambang menyahut. Arzan mencoba memeriksa isi tas plastik yang dia bawa. “Aku sih ada bawa sedikit, sisa Kakakku” kata Arzan.
“Ibu!!! Adit pergi dulu ya” teriak Adit dari belakang rumah. “Iya!” Jawab Ibu dari dalam rumah. Dengan berjalan kaki aku menuju rumah Bambang tempat kami janjian.
“Dit, kamu bawa umpan gak?” tanya Bambang. “enggak.. he he he” jawabku dengan tersenyum. “Kita tunggu Iwan dulu deh ya?, trus kita cari umpan sama-sama” ujar Bambang menyahut. Arzan mencoba memeriksa isi tas plastik yang dia bawa. “Aku sih ada bawa sedikit, sisa Kakakku” kata Arzan.
Kami bertiga merencanakan untuk pergi memancing dialiran
sungai kecil dekat desa mereka tinggal, kami disini menyebutnya daerah itu
sungai Wak Semin. Sudah cukup lama kami menunggu tapi Iwan tak juga kunjung
datang. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi dan mampir kerumah Iwan, karena
rumah Iwan tidak teralu jauh Rumah Bambang. Mencari umpan pun sambil jalan
sekalian berangkat.
Sesampainya didepan rumah Iwan, “Iwan!! Iwan!!” teriak kami serentak. Tidak lama muncul lah Iwan dari balik pintu. “Kalian berangkat aja, aku gak bisa ikut. Aku harus jagain Adikku” lontar Iwan spontan.
Sesampainya didepan rumah Iwan, “Iwan!! Iwan!!” teriak kami serentak. Tidak lama muncul lah Iwan dari balik pintu. “Kalian berangkat aja, aku gak bisa ikut. Aku harus jagain Adikku” lontar Iwan spontan.
Lalu Adit dan teman-temannya berangkat. Sesampainya ditujuan
tanpa basa-basi dengan umpan yang sudah didapat. Pancing segera di lemparkan.
Telah lama kami memancing ikan di sungai tersebut namun hany sedikit ikan
kecil-kecil yang kami peoleh.
Suasana hening saat kami memancing, hanya terdengar
suara-suara serangga nyaring bersahutan dari hutan karet di sekitar tempat kami
memancing. Namun tiba – tiba “Byuuur !!!” suara air sungai keras terdengar. Tak
lama kemudian “ha ha ha ha ha… ayoooo mandi aja.. dari pada mancing gak
dapat-dapat” teriak Arzan dengan semangat. Tanpa pikir panjang ku lepas seluruh
pakianku “hiaaatttt ..“ sambil melompat dengan menendangkan kaki kedepan
seperti seorang pendekar. “Tunggu akuuuuuu” teriak Bambang, sekejap badannya
sudah sepenuhnya ada di air.
==============================
“Permisi Mas..” Suara itu membuyarkan ingatan masa kecil ku. Orang yang duduk di sebelahkku minta izin untuk keluar dari deretan bangku di Bus kota yang kami tumpangi menuju tujuan masing-masing.
Ingatan masa lalu ku itu muncul ketika tadi Bus ini
berhenti, aku melihat dipinggir jalan ada sebuah persewaan game online. Penuh di
jejali anak – anak usia SD hingga SMP, malah lebih parahnya lagi masih ada yang
dengan pakaian sekolahnya. Hal ini membuatku bertanya dalam hati apakah suasana
bermain seperti yang aku nikmati masa kecil itu tidak lagi mereka rasakan ??
apakah anak-anak yang di kampung-kampung yang sekarang sudah menjamur juga
tempat – tempat sewa game juga sudah seperti ini ???.
Bahkan di tambah lagi Gadget yg sekarang bisa diperoleh
dengan mudahnya. Sampai ke usia anak-anak yang seharusnya meraka masih bermain
secara fisik dan berinteraksi banyak dengan teman-teman sebayanya. Bermain,
tertawa, menangis dan belajar sekaligus semua itu bisa di dapat saat mereka
berinteraksi dengan teman – teman dengan semua bentuk permainan fisik dan
lainnya yang bisa mengasah motorik dan bagaimana berempati serta juga merasakan
problem solving lebih nyata.
Alangkah hebatnya jika ada pendidikan yang menerapkan
suasana bermain dan menyenangkan dalam mengaplikasikan muatan pendidikan yang
harus di serap anak-anak. Karena sesungguhnya Anak – anak adalah bermain.
Bayangkan ada sekolah yang isinya menangkap belut, main
kelereng, main patil lele, main congklak, main engklek. Pokoknya semua bermain,
dan itu lah cara para guru menyampaikan materi dari kurikulum yang ada. HEBAT
!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar