Pagi datang
dengan cerah, mentari hangat menyapu seluruh celah di bumi hari ini. Pagi itu
seperti biasa di rumah seorang Kyai kondang di salah satu sudut kota
Jogjakarta. Nampak, Pak Kyai sedang duduk di meja makan menikmati sarapan
Paginya.
Pak Kyai
|
:
|
“Bissmillah.. “
Sruuutttt..!! kopi hitam pun mengalir melewati saluran kerongkongan Pak Kyai.
“Bu, Bapak hari ini mau ke Pasar Burung. Bapak mau beli burung Beo”.
|
Bu Nyai
|
:
|
“Buat apa to Pak ?
nanti yang mau merawat siapa ?”
|
Pak Kyai
|
|
“Bapak punya rencana
ingin menjadikan burung itu sebagai contoh, agar orang-orang mau rajin
solawatan dan berdzikir”. Sambil kembali meneruskan makan pisang gorengnya.
“Banyak sekali orang-orang yang malas untuk bersholawat dan berdzikir”.
|
Bu Nyai
|
:
|
“Tapi hati-hati lho Pak
klo pelihara hewan. Jangan sampai lalai, kalo lalai malah jadi dzolim nanti
jatuhnya !” mengambil tisu untuk di berikan ke Bapak.
|
Pak Kyai
|
:
|
Menerima tisu sambil
memegang tangan Bu Nyai. “Iya, wah seneng aku punya istri kayak kamu, pinter
banget”.
|
Bu Nyai
|
:
|
Tersenyum simpul dan
Nampak wajahnya memerah.
|
Pak Kyai
|
:
|
“Wes, sana kasih tau
Wanto suruh siapkan Mobil, sebentar lagi tak berangkat aja, nanti ndak keburu
siang malah”. Ini kuncinya !! sambil memberikan kunci ke Bu Nyai
|
Ibu Nyai
|
:
|
Beranjak dari tempat
duduknya dan meninggalkan Bapak.
|
|
|
|
Tak lama
sekudian terdengar suara deru mesin mobil Pak Kyai yang sedang dipanaskan.
Bersamaan dengan itu Pak Kyai menghabiskan Kopi Hitam yang masih tersisa dalam cangkirnya.
Kemudian Pak Kyai beranjak ke Garasi.
Wanto
|
:
|
“Bade tindak pundi
niki Pak Kyai..?”
|
Pak Kyai
|
:
|
“Ngeterke aku yo,
neng pasar ngasem. Aku meh tuku Beo”. Sambil merapikan Kupluk putih yang di
kenakannya.
|
Wanto
|
:
|
“Injih, sampun Pak
monggo” mempersilahkan Bapak untuk naik.
|
Pak Kyai
|
:
|
“Sik tak pamit Ibu”.
Kemudian melangkah menuju ke dalam rumah kembali.
|
|
|
|
Tidak lama
kemudian Pak Kyai sudah muncul dan masuk kemobil. Tidak perlu waktu lama,
sebuah mobil pabrikan negeri Sakura berwarna Hijau meluncur.
Rumah Pak
Kyai letaknya bersebelahan dengan Sebuah Pondok Pesantren yang cukup besar
dengan jumlah santri yang jumlahnya ratusan. Tidak jauh dari sana terdapat
sebuah masjid yang berdiri kokoh dan bersih. Masjid ini di gunakan oleh para
santri dan masyarakat sekitar. Tiap waktu Sholat, masjid ini tak pernah sepi
oleh jamaah, pengajian-pengajian rutin selalu di adakan di masjid tersebut.
Suasana “pesantren” sangat kental di sekitar sini. Kita bisa lihat banyak
sekali santri lalu lalang dengan baju koko dan kain sarung. Juga para
santriwati dengan jilbab – jilbabnya yang kadang di kenakan walaupun beberapa
ada yang mengenakan dengan ala kadarnya.
“Tinn
ttiiiinnn”. Suara klakson mobil Pak Kyai berbunyi minta di berikan jalan untuk
masuk ke gang menuju rumahnya. Karena siang itu sudah menjelang Dhuzur. Jalan
itu ramai di padati para santri menuju ke masjid.
Pak Kyai
|
:
|
“Assalamu’alaikum,
Bu ini Bapak udah dapet burung Beonya”. Sambil membawa kandang burung warna
hijau dan emas berukuran cukup besar. Didalamnya nampak seekor burung Beo
yang lincah di dalamnya.
|
Bu Nyai
|
:
|
Sambil melangkah
keluar. “Wa’alaikumsalam, yo dirawat lho Pak. Jangan di sia-siakan. Udah
sekarang ke masjid dulu sebentar lagi masuk waktu dhuhur.
|
|
|
|
Sore hari menjelang.
Sehabis sholat Asar Pak kyai selalu menyempatkan waktunya bersama dengan Burung
Beo nya, Pagi selepas sholat Subuh pun demikian. Hanya di jam – jam mengisi
pengajian saja nampak Si burung Beo itu sendiri. Berhari – hari sudah Pak Kyai
mengajari burung Beo itu mengucapkan Dua
Kalimat Syahadat. Tiba suatu pagi sepulang dari mengisi pengajian setalah
jamaah subuh.
Burung Beo
|
:
|
“Asyhadu an-Laa Ilaaha Illallah
wa Asyhadu an-na Muhammadarrosuululloh”… sambil melompat
dan terbata-bata.
|
Pak Kyai
|
:
|
Tepat di depan pintu
ketika hendak masuk rumah. Mendengar suara burung Beo tersebut. Terkejut,
sambil berteriak “Bu… Ibu.. sini Manuk e wis iso syahadat dewe.. Bu sini
Bu!!!”.. terus masuk ke rumah mencari Bu Nyai.
|
|
|
|
Muncul bersama ibu menuju teras rumah.
Berkali-kali Sang Beo tersebut sudah
mengucapkan Syahadat.
Bu Nyai
|
:
|
“Subhanalloh, Bapak
hebat banget ya bisa ngajarin Burung sampe bisa gitu”.
|
Pak Kyai
|
:
|
“Wah seneng aku
Bu..Semoga ini jadi pertanda baik buat kita biar segera dikasih momongan ya.
Aamiin”.
|
Bu Nyai
|
:
|
“Aamiin”.
|
Wanto
|
:
|
Di teras samping
sambil membersihkan Mobil. “Pak Kyai hebuuaat, mboten muspro lengajari
sabendinten. Esuk ngantos ndalu, Wes TOP banget”.
|
Pak Kyai
|
:
|
“Maksud mu opo
toooo.. kowe ora seneng nek aku ngajari Beo ne iki ??”
|
Wanto
|
:
|
“Njeh Mboten Pak
Kyai”. Sambil menuju kebelakang rumah lewat jalan samping.
|
|
|
|
Hari
berjalan, minggu demi minggu pun berlalu. Makin mahir saja Sang Beo itu, pun demikian
dengan Pak Kyai. Beliau semakin senang dan terus lebih banyak waktu dia
habiskan bersama dengan Burung Beo itu. Seiring dengan waktu berjalan, kabar
tentang Beo Pak Kyai yang bisa ber-Syahadat tersebut menyebar dengan cepat.
Pembicaraan orang-orang di lingkungan Pondok Pesatren pun terus menerus
membahas mengenai Burung Beo itu. Pak Kyai mulai melatih kata-kata baru untuk
Beo itu, dilatihnya sekarang untuk mengucapkan Sholawat.
Seperti
biasa, kesibukannya membersihkan kandang Beo dan memandikan Beo tersebut sudah
menjadi rutinitas yang dijalaninya dengan bahagia.
Pak Kyai
meletakkan kandang burung Beo itu diatas meja teras rumahnya. Pak Kyai pergi
masuk kedalam rumah untuk mengambil perlatan untuk mandiakan dan membersihkan
kandang Burung Beo itu. Ketika Pak Kyai sedang berganti pakaian, terdengar
suara ”KAKKKK KKAAAKKKK KKAAKKKK… ” Suara Burung Beo itu terdengar janggal…
Pak Kyai
|
:
|
“Ada suara burung
aneh.. Burung apa itu ya?? ” sambil sedikit bergumam.
|
KAKKKKAKK
KKKKKKAAAAAAAAAAKKK !!!!! kembali suara Beo itu terdengar lantang dan semakin
keras. Bersamaan dengan itu terdengar… GEDUBRAAAAKKKKK !!! KAAKAKKKKKA KAAAKKKKK KKAAA !!!! Pak Kyai
sadar arah suara itu datang dari teras rumahnya.
Pak Kyai
|
:
|
Berlari menuju ke teras
sambil memegangi sarungnya “Astagfirulloh, Beo ku !!!!” Beo Ku !!!!
Astaghfirulloh !!” Sambil berteriak.
|
Nampak diatas pagar Seekor Kucing menatap tajam mata Pak Kyai. Burung Beo itu sudah menggelayut tepat dimulut Kucing itu, tak lama kemudian Kucing itu melompat dan pergi.
Bu Nyai
|
:
|
Dari dalam rumah
mendengar suara Pak Kyai berteriak, bergegas menghampiri. “Ada apa to Pak ??”
belum sampai teras Bu Nyai sudah bertanya.
|
Pak Kyai
|
:
|
Duduk dengan lemas
diteras rumah sambil memegangi Kandang burung yang kosong. “Astaghfirulloh…
Beo Ku.. Ya Alloh Beo Ku… “ terus terisak menangis sambil memegangi kandang
Burung itu.
|
Bu Nyai
|
:
|
“Lho ada apa ini Pak
!?” sambil menghampiri Pak Kyai dan mengelus pundaknya.
|
Pak Kyai
|
:
|
“Beonya digondol
Kucing Bu..”
|
Bu Nyai
|
:
|
“Sabar Pak. Udah
lah, toh nanti Bapak bisa cari lagi di pasar, lain kali lebih hati-hati kita
biar gak di makan kucing lagi. Nanti Ibu bantu ngusir Kucing-kucing yang
masuk rumah.
|
Pak Kyai
|
:
|
“Iya Bu.. hiks
hiks..”. “yang tak sesali itu bukan itu!!”.
|
Bu Nyai
|
:
|
“Lho terus apa??”.
|
Pak Kyai
|
:
|
“Kenapa di
penghujung ajalnya Beo-nya gak mengucap Syahadat??”. Hikk.hikk. “yang keluar
dari mulutnya cuman KAAAAAAKkkk KKKAAAAAKkkk”. “Piye itu, udah tak ajari,
udah lancar tapi kok di akhir hayatnya cuman suara itu yang dia ucapkan.
Nyesel, Sedih aku Bu !!”.
|
Bu Nyai
|
:
|
Hanya termangu
terdiam, tak tau harus menimpali dengan perkataan apa.
|
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Berkaca
dari cerita diatas. Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang seperti Burung
Beo itu. Hanya bisa menghafal dan mengucapkan tapi tidak mau dan tidak pernah
mengaplikasikan syariah / ilmu yang telah kita miliki dan ketahui. Setiap waktu
hanya sibuk mencari ilmu kesana kemari, belajar dari semua sumber. Bahkan semua
ilmu ingin dimiliki, ketika tau ada orang yang berilmu cepat-cepat untuk belajar tapi setelah ilmunya di serap
tapi aplikasinya NOL BESAR !!. Lebih hati-hati lagi, jangan sampai perilaku ini
menimbulkan perilaku yang lebih buruk lagi. Ria’ dan dorongan rasa ingin dipuji
akan mengiringi hal ini. HATI – HATI !!
Sebaik-baiknya
manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain.
Lebih baik yang ilmunya sedikit tapi Action (Aplikatif) ketimbang yang ilmunya banyak dan belajar sana-sini tapi gak pernah Action.. Itu baru namanya HEBAT !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar