Kamis, 23 Januari 2014

CIKAL BAKAL “BISNIS”

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh,
Bissmillahirohmanirrohimi.

Bersamaan dengan penerbitan perdana Majalah Sekolah Alam Auliya Kendal ini. Salah satu dari Rubric nya adalah tentang Bisnis atau Entrepreneurship. Tulisan ini di muat pada malajalh tersebut.

Sebagai langkah awal untuk perkenalan mengenai dunia Entrepreneurship. Maka kita akan mencoba untuk memaparkan juga mengenai awal dari jiwa dan pemikiran Entrepreneurship.
Masing-masing dari kita adalah pengusaha, menjadi pengusaha dalam mengusahakan apa pun usaha (baca : kegiatan) yang menghasilkan dalam sisi materi. Ada sebagain dari kita yang telah melakoni usaha sebagai Pengusaha / Entrepreneur maupun menjadi pegawai. Semua itu diperlukan kestabilan untuk dapat memperoleh posisi yang lebih baik dan berkembang semakin pesat. Dengan harapan kita dapat lepas dari zona nyaman sehingga kemudian kita dapat terus membuka peluang – peluang baru dan mengembangkannya hingga dapat bermanfaat untuk orang banyak.

Berbicara mengenai hal tersebut diatas maka kita akan masuk pada tahap awal atau cikal bakal untuk melangkah sukses menjadi seorang wirausahawan yang mumpuni. Mengapa hal ini menjadi cikal bakal ? bicara tentang cikal bakal, maka kita sedang membicarakan tentang “Mindset” (Baca : cara berfikir). Dalam istilah bisnis disebut “The Individual Entrepreneurial Mindset”, hal ini yang akan mendorong seseorang keluar dari zona nyamannya untuk melakukan kegiatan wirausaha, menangkap peluang – peluang baru bahkan menciptakan peluang. 

Setelah Mindset tersebut muncul dalam diri kita, sama dengan berharap kita memiliki kecakapan menciptakan pekerjaan bagi diri kita sendiri. Maka kita perlu untuk mengelolanya dan memiliki sikap yang bagus terhadap “Mindset” tersebut agar melejitkan diri kita dalam beraktifitas wirausaha.
Dalam banyak kesempatan, seminar – seminar dan buku-buku tentang wirausaha di sebutkan paling tidak ada tiga hal yang wajib tertanam dalam diri seorang wirausaha, yakni Imajinasi (Imagination), Fleksibilitas (flexibility), dan bersedia menerima resiko (Acceptance of Risk).

Paling sering menjadi pertanyaan dan ganjalan dalam hal ini adalah mengenai bagaimana kita bisa menerima resiko yang akan muncul. Karena hal ini masih menjadi gambaran dan bayang-bayang hitam yang selalu menyelimuti perasaan kita. Apakah usaha saya ini akan berhasil atau gagal ? karena ini berkaitan dengan investasi yang sudah di tanamkan.  Contohnya kita telah merasa habis – habisan dalam investasi dan hal tersebut kita lakukan pada bisnis atau bidang usaha yang sama sekali belum kita kenal. 

Jika kita menarik kebelakang hal yang muncul dalam benak mengenai hal tersebut, maka kita dapat uraikan. Resiko tersebut merupakan sebuah probabilitas yang berpeluang “fifty – fifty” antara gagal atau berhasil. 

Jadi, bila hal seperti contoh diatas yang anda lakukan maka anda bukannya orang yang "berani mengambil resiko", tapi "kurang cerdas", karena peluang untuk gagal atau berhasil tidak "fifty-fifty" lagi tapi justru peluang untuk gagalnya makin meningkat.

Diperlukan sikap positif dalam dalam berwirausaha. Bagaimana ?
Menurut beberapa literatur, sikap positif pola pikir berwirausaha (The Individual Entreprenerial Mindset Right Attitude) antara lain :

·         Dapat bekerja tanpa supervisi (Able to work without supervision)
Hal ini sangat erat kaitannya dengan kejujuran dan disiplin dalam diri kita, sehingga menimbulkan konsistensi dalam setiap kegiatan usaha dan pekerjaan.

·         Dapat memotivasi diri sendiri (Able to self-motivate)
Hal ini berkaitan dengan seberapa cepat kita kembali bangkit kembali setelah di terpa permasalahan. Lebih mudahnya di sebut kekuatan untuk tidak mudah menyerah.

·         Dapat membuat keputusan yang cepat (Able to make quick decisions)
Di perlukan tidak sekedar cepat namun juga harus tepat. Untuk hal ini di perlukan ketajaman analisa dan berfikir. Tidak kalah penting yaitu tidak menunda, agar dapat mengambil keputusan dengan cepat perlu adanya pembiasaan dan proses. Pengalaman cukup menentukan dalam point ini.

·         Mampu menghendle stress (Able to handle stress)
Upayakan untuk selalu berfikir dan bersikap positif. Sehingga akan lebih mudah untuk mengembalikan kondisi yang sedang dalam tekanan.

·         Open-minded dan fleksible (Open-minded and flexible)
Selalu berfikir terbuka dan memperluas wawasan. Menerima saran dan kritik yang membangun dari siapun orangnya. Agar peka terhadap hal-hal yang berkembang disekitar dan dapat menangkap peluang yang ada.

·         Berfokus pada bidang usahanya (Focused)
Berusaha untuk menjadi ahli dalam satu bidang itu lebih bermanfaat. Ketimbang banyak hal namun hanya sekedar kulitnya saja.

·         Gigih (Persistent)
Tak kenal menyerah, tidak mudah dipengaruhi dan berusaha untuk terus berkembang serta memperbaiki kekurangan.

·         Sabar (Patient)
Tenang dan selalu melihat dari sisi positif. Sehingga tidak terpancing untuk mensikapi setiap permasalahan dan kendala yang ada dengan emosi.
Seseorang yang hendak menciptakan suatu kegiatan usaha (menjadi wirausaha), wajib memiliki dan mengelola "The Individual Entrepreneurial Mindset"-nya, seperti berikut (McGrath  &  MacMillan,  2000: 339):

1. "Develop Insight Into The Customers‘ Behavioral Context"

Seorang entrepreneur tidak harus memiliki produk yang revolusioner, yang lebih dibutuhkan adalah pemikiran revolusioner ke dalam suatu konteks kehidupan pelanggan, menciptakan ide yang mampu menjadi jawaban bagi masalah utama pelanggan dalam konteks tersebut.

2. "In An Individual Entrepreneurial Mindset, Everybody Plays"

Tindakan menyertakan orang lain dalam kegiatan entrepreneurial merupakan proses yang penting. Ide beberapa orang yang dilebur menjadi satu akan memberikan hasil yang lebih baik daripada pemikiran satu orang saja. Seorang entrepreneur akan belajar banyak hal mengenai team building dan leadership jika ide ini diterapkan.

3. "Experiment Intelligently"

Perumusan strategi bisnis yang dilakukan oleh entrepreneur lebih berdasarkan eksperimen dan trial-error daripada analisis dan forecasting.  Eksperimen merupakan tindakan nyata untuk memilih dan memulai proyek ide secara nyata namun dalam skala yang masih kecil, berbeda dengan analisis dan forecasting yang hanya merupakan perencanaan. Entrepreneur tidak takut terhadap kegagalan, namun demikian resiko yang akan diterima harus diperhitungkan dengan matang, agar kegagalan yang akan terjadi dapat diminimalisasi.

4. "Spend Imagination Instead of Money"

Seorang entrepreneur secara rutin menggunakan waktu-waktu tertentu untuk berimajinasi dan berkreasi supaya ide-ide baru muncul. Ide tersebut tidak selalu mengenai pengembangan produk, tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan operasional dan promosi pemasaran.  Untuk berhasil, entrepreneur lebih bergantung pada imajinasi idenya daripada besaran nominal uang yang dimiliki.

5. "Framing Is Crucial To The Entrepreneurial Leader"

Tanpa kerangka kerja yang jelas, semua orang akan terjebak dalam ketidakpastian. Seorang yang memiliki entrepreneurial mindset mampu menyediakan kerangka sistem pekerjaan yang jelas bagi semua orang yang bekerja bersamanya.  Dengan demikian, setiap orang akan mampu bekerja dengan efektif dan menghadapi tantangan ke depan yang lebih pasti.

6. "Be Ruthless With Respect To Priorities"

Seorang entrepreneur harus mampu memilah tugas, mana yang perlu atau tidak untuk dilakukan, mana yang sifatnya segera atau dapat ditunda.

7. "Using Measures Early On is better than using precise ones too late"

The Individual Entrepreneurial mindset dapat terus dikembangkan dengan cara menggunakan ukuran atau batasan untuk setiap persoalan. Beberapa standar harus ditetapkan terlebih dulu oleh seorang entrepreneur untuk memastikan kualitas pekerjaan dan produk yang dihasilkan.

8. "Pay Attention To The Cost Of Failure"

Tidak ada seorang pun entrepreneur di dunia ini yang tidak pernah mengalami kegagalan.  Dalam kondisi yang tidak menentu, seorang entrepreneur hanya memiliki kontrol terbatas terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan.  Bahkan kegagalan merupakan harga yang harus dibayar untuk masuk ke peluang baru berikutnya.  Biaya akan kegagalan (cost of failure) tersebut yang masih dapat dikontrol, seorang  entrepreneur harus memiliki calculated risk taking mindset. Meminimalisasi biaya kegagalan, bukan meminimalisasi jumlah kegagalan.

Sekarang waktunya untuk memulai. Tidak perlu berfikir terlalu lama dan panjang mulailah saat ini juga.
Jika kita terus menerus menghitung – hitung untung atau rugi atas rencana usaha yang akan kita jalankan. Maka usaha tersebut tidak akan berjalan segera.
Namun jika muali untuk secepatnya buka usaha tersebut dan jalankan maka kita pasti berhitung dan akan terus berhitung.

Waullohualam
Wassalam

Oleh : Anto Ardiansyah
(Sumber : www.pengusahamuslim.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar